thanks for visit my blog^^

Senin, 11 Januari 2016

Singkirkan Malu, Wujudkan Mimpi

Mau Bertanya Gak Sesat di Jalan #AskBNI



Sebut saja namanya Putra. Kelas tiga Sekolah Menengah Atas. Pendiam, pemalu tapi pintar. Jika teman-temannya bertanya tentang pelajaran yang sulit, dia akan menjawab tanpa banyak bicara. Seperlunya saja tapi tepat sasaran alias benar.  Putra senang memecahkan permasalahannya sendiri tanpa bertanya atau bantuan orang lain. 
Adalah Putri, teman se-SMA Putra yang selalu ceria, cerewet, banyak omong dan tidak terlalu pintar dalam arti tidak masuk dalam jajaran rengking lima besar bahkan sepuluh besar pun tidak. Dan Putra adalah tempat langganan Putri untuk bertanya kalau ada pelajaran yang tidak dimengertinya.
Dalam kehebohan merencanakan masuk perguruan tinggi, semua anak mencari informasi. Begitupun Putra dan Putri. Antusias ikut seleksi melalui Rapor. Bedanya, Putra hanya mengambil formulir, melengkapi berkas lalu menyerahkannya pada guru. Sedang Putri amatlah cerewet, tanpa malu dia menghadap gurunya. Bertanya cara jitu supaya lolos seleksi, jurusan mana yang berpeluang baginya untuk diterima, perguruan tinggi apa yang harus dipilih dan ‘seabrek ‘ pertanyaan lain.
Hasilnya ternyata disimpulkan bahwa Putri tak layak ikut seleksi karena nilai rapor tidak memenuhi syarat. Terpaksa dia tidak mendaftar dan bersabar menanti SBMPTN alias Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negri. Putra hanya tersenyum melihat Putri yang kesal.
Namun tak disangka saat pengumuman, Putra tidak lolos seleksi. Kabarnya, ternyata itu karena  salah strategi. Putra tidak bertanya dan berdiskusi  pada guru. Dia menentukan sendiri pilihan perguruan tinggi dan jurusannya. Walhasil yang dipilih putra adalah perguruan tinggi favorit dan jurusan yang sangat banyak peminat sehingga persaingannya sangat ketat. Dan Putra pun kalah bersaing. Jika saja dia mau bertanya pastilah lain ceritanya.
Lulus SMA, waktu jadwal SBMPTN makin dekat. Putra belajar keras demi meraih cita-cita masuk ke perguruan tinggi di jurusan yang diimpikannya. Namun Putri ternyata lain lagi. Setelah melaui diskusi seru dengan orangtuanya, dia memutuskan untuk Bimbel satu tahun dan ikut SBMPTN tahun depan. Dan karena Bimbel hanya seminggu tiga kali, dia ingin membuka bisnis untuk mengisi waktu luang yang ada.
Di arena SBMPTN, Putra mulai galau. Dia kesulitan mencari tempatnya, dimana kursinya? Mau bertanya, tapi kemana? Semua juga sibuk mencari. Di areal halaman, ada seorang Satpam, tapi Putra tak mau bertanya. Dia pikir, mana bisa seorang Satpam mengetahui  lokasi kursinya? Padahal yang lain tak perduli, mereka bertanya pada siapa saja yang penting hadir tepat waktu. Walaupun akhirnya Putra menemukan kursinya, tapi dia sudah lelah, stres dan kehilangan konsentrasi. Dia sampai tepat satu menit lagi seleksi dimulai. Mengerjakan soal dengan tak tenang. Dan hasilnya dia tidak lulus.
Sedang Putri dengan santai mengikuti bimbingan. Sambil bertanya kesana-kemari tentang bagaimana memulai bisnis. Tak malu-malu bertanya kanan-kiri. Berdiskusi dengan orang yang dikenalnya maupun orang yang tidak dikenal tapi mempunyai pengalaman dan sudah sukses. Walau dengan modal pas-pasan, Putri mencoba menjual pakaian dengan segmen pasar remaja seusianya. Tak malu-malu menawarkan barang dagangannya baik online maupun offline. Semua teman ditanya “Ada baju bagus nih, mau beli nggak?” Dan tak disangka, dalam waktu satu tahun bisnisnya berkembang dan saat ikut SBMPTN, Putri pun lulus. Masuk fakultas ekonomi di perguruan tinggi negri yang dia impikan. Jadilah dia seorang sarjana dengan biaya kuliah sendiri.
Pernah merasakan hal seperti cerita diatas? Tersesat karena malas bertanya? Pasti kesal dan geregetan ya. Sudah rugi waktu, tenaga, biaya, masih ditambah rasa penyesalan karena tak sampai tujuan. Kalau begini siapa yang disalahkan? Jika saja hanya tersesat dalam hal mencari lokasi alamat, mungkin kita masih bisa memperbaikinya dengan cepat sehingga sampai di tujuan. Namun bagaimana jika salah alamat dalam mencari jodoh atau mencari pendidikan yang tepat atau bisnis yang sesuai seperti Putra dan Putri? Bisa-bisa masa depan dan hidup yang dijalani menjadi menjadi kacau bin suram.
Ternyata oh ternyata, banyak yang mengalami hal seperti ini. Anak-anak masih kebingungan dalam menentukan arah tujuannya. Banyak keinginan dan ide, tapi tidak tahu namun enggan bertanya. Rasa tertarik dengan lawan jenis, tapi bingung apakah memang dia jodoh yang tepat. Mau bertanya tapi gengsi. Mau jadi karyawan bank, tapi tidak tahu cara yang jitu. Bertanya pun malas. Ingin berbisnis dengan niat jadi pengusaha, tapi tidak tahu mau usaha dibidang apa. Mau bertanya, malu. Punya mimpi tapi tak menjadi kenyataan. Mewujudkannya hanya sebatas mimpi juga.  Jika sudah begini, potensi ‘tersesat’ amatlah besar.
Sebenarnya, jika saja kita mau bertanya maka akan mendapatkan solusi walau hanya sedikit. Setidaknya akan mendapatkan sedikit gambaran akan titik terang sebagai awal langkah menuju tujuan. Semakin banyak bertanya, semakin kita mendapat beragam jawaban yang dapat memperkaya pengetahuan. Berbagai alternatif bermunculan dan yang terpenting kita tidak merasa sendirian dalam menghadapi kebingungan.
Berani adalah kunci. Dan membiasakan diri adalah proses menemukan kunci tersebut. Biasakan diri untuk bertanya dari hal yang kecil, seperti bertanya pada ibu “Masak apa hari ini?” Atau pada guru “Kapan ulangan?” Dengan terbiasa akan membentuk keberanian dan percaya diri dalam berkomunikasi.
Bertanya bukan berarti kita bodoh, cerewet, kurang gaul atau kurang paham. Tetapi bertanya adalah sebuah usaha untuk menjadi sempurna.  Satu pertanyaan membuka pintu jawaban menuju kesuksesan. Dari sini mimpi dapat terwujud. Untuk itu bertanyalah pada ahlinya atau pada orang yang tepat. Singkirkan rasa malu apalagi gengsi. Mau bertanya tak akan sesat di jalan. Bahkan kita selangkah lebih maju dan lebih tahu daripada orang yang diam saja.
Mau bertanya demi terwujudnya mimpi.






4 komentar:

  1. Kalo malu sama semut merah aja ya pi.. Hehe... Semangaaat...

    BalasHapus
    Balasan
    1. kayak lagu aja ya om :D iya om semangat bgt lah ini :D

      Hapus
  2. Kalo malu sama semut merah aja ya pi.. Hehe... Semangaaat...

    BalasHapus
  3. yah malu bertanya sesat dijalan, kebanyakan nanya juga kan malu"in neng :D

    BalasHapus